Maju Terus Pendidikan Indonesia!

oleh: faiz abdul karim - SMAN 2 Bekasi-
---tulisan ini diambil dari komentar terbaik di grup facebook kapmi---



Masalahnya, kecerdasan yang dimiliki oleh siswa aja udah beda2...sebenernya, menurut saya, bukan hanya UN yang perlu dihapuskan, tapi langsung kepada akar permasalahannya, yaitu sistem pendidikannya sendiri.

Silabus yang diterapkan di sma benar2 berantakan, guru cuma ngejar yang penting silabusnya tercapai. Maka, saya sebagai siswa sma juga menyarankan seharusnya, sistem pendidikan kita dirombak seperti sekolah2 di amerika, mereka belajar jauh lebih efektif daripada kita.

Siswa di Indonesia, mempelajari 17 mata pelajaran sekaligus, dan sebagian besar dari mata pelajaran itu, ternyata pada kenyataannya hanya membuang2 waktu.


Guru bahasa prancis saya bilang, kalo sekolah di eropa, siswa smanya cuma belajar empat mata pelajaran inti (jurusan yang diambil) Ipa: Mtk, bio, fis, kimia, plus satu pelajaran tambahan, ada banyak pilihannya : Sejarah, olahraga, kesenian, dan yang semacamnya. Jadi, mereka cuma belajar lima mata pelajaran.

Pertanyaannya: Mana yang lebih efektif?

Tentu saja sistem pendidikan eropa jauh lebih efektif

Apakah ketujuh belas pelajaran yang kita pelajari akan kita gunakan?

Bukannya saya meremehkan salah satu pelajaran tertentu, tapi setiap orang punya kemampuannya masing2. Mungkin bagi anak2 yang memang mampu menghafal atau menyelesaikan semua pelajaran semua itu mudah. Tapi belum tentu anak itu bisa melukis walaupun cuma menyentuh standar sesuatu yang disebut indah.

Jadi, disinilah yang perlu digarisbawahi, sistem pendidikan indonesia, hanya memihak dan hanya memandang orang2 yang bisa pelajaran eksak. Orang2 memuji anak2 yang pintar matematika dan fisika. Sedangkan anak2 yang mempunyai bakat di bidang yang lain, seperti kesenian, diplomasi, atau bakat kepemimpinan yang luar biasa, hanya dipandang sebelah mata.

Dan saya, adalah salah satu dari banyak orang yang terbengkalai tersebut.

Coba dibayangkan, dibandingkan kita belajar 17 mata pelajaran yang toh nantinya ga akan kita bawa pas kuliah atau kerja, mendingan pelajaran2 itu dipangkas, itu akan jauh mempersingkat waktu kita. Mana yang lebih unggul:

1. Seorang anak eropa, yang bercita2 menjadi seorang peneliti, sudah mempelajari bio kimia di waktu senggangnya saat sma, dan dalam waktu tiga tahun sma, ilmu yang dia punya sudah setara dengan s1

2. Seorang anak indonesia yang bercita2 menjadi peneliti, lalu mempelajari 17 mata pelajaran yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan cita2nya, sehingga dia tidak punya waktu untuk bahkan sekedar melirik buku biokimia, karena sudah dikejar tugas yang menumpuk, yang bisa saja dia abaikan, tapi ancaman "tidak lulus uan" selalu terngiang2, sehingga dia baru memulai mengecap biokimia tiga tahun setelah anak eropa tadi.

Coba bayangkan kalau anak indonesia tadi tidak terbebani tugas, terbayangi uan, maka bukankah begitu besar potensi yang dimilikinya?

bukankah jika waktu tiga tahun sma ini kita manfaatkan untuk mendalami cita2 kita, maka itu akan jauh lebih efektif?

Sma, tidak menentukan apapun.
Semalam saya nonton kick andy, tentang orang2 indonesia yang sukses di luar negeri, (kebanyakan mereka peneliti) dan di perusahaan itu (internasional) hanya mereka satu2nya orang asia. Dan ternyata, dua diantara mereka, yang satu sempat tidak naik kelas di sma, dan yang satu lagi bahkan tidak Lulus sma, dan sekarang dia menjadi seorang dekan di universitas terkemuka di jepang, yang selama berdiri 156 tahun, tidak pernah mempercayakan posisi dekan pada orang asing.

Tapi ternyata, bukan sma yang dilihat.

Kalau sistem pendidikan di indonesia dirubah, maka inilah yang kemungkinan akan terjadi:

-seorang anak yang sangat berbakat dan tertarik di bidang perfilman akan melahap buku2 tentang perfilman, dan dia akan menjadi seorang sineas handal bahkan sebelum waktunya.

-seorang anak yang ingin menjadi dokter, sudah akan menekuni buku2 kedokteran, sehingga akan banyak bermunculan dokter2 muda yang hebat dan cerdas hasil didikan indonesia

-seorang anak yang ingin menjadi seorang musisi bisa melatih bakatnya tanpa harus menentang peraturan jam sekolah, sehingga lima tahun kemudian, dia sudah menjadi komposer tingkat dunia

-seorang anak yang ingin menjadi psikolog, akan membaca semua buku2 psikologi sehingga dia sudah mendapatkan peran sebagai seorang psikolog di kalangan temannya bahkan sebelum lulus kuliah

-seorang anak yang ingin menjadi pemain bola (jangan remehkan yang satu ini) mempunyai waktu luang yang jauh lebih banyak untuk melatih kakinya di lapangan tanpa harus khawatir madesu dan masih tetap bisa pelajaran dasar akan menjadi seorang bintang lapangan dunia

Maka inilah yang sebenarnya harus kita renungkan.
Betapa kita telah membuang2 waktu kita begitu banyak yang pada akhirnya berujung nihil (Saya samasekali tidak meremehkan pelajaran lain, semua pelajaran itu penting menurut saya, tapi alangkah lebih efisien dan berguna kalau kita mempelajari pelajaran yang nantinya akan menjadi bekal kita di masa depan, sehingga ada spesialisasi, seperti yang tertarik dengan sejarah ambil sejarah, yang kesenian ambil kesenian, yang olehraga ambil olahraga, sebab ga semua orang bisa menuntaskan itu semua apalagi kalau dibawah tekanan)

Saya tidak menyalahkan pemerintahan indonesia, sebab saya maklum kita masih berkembang dan dalam masa transisi. Jadi, menurut saya, merubah itu semua adalah tugas kita sebgai generasi muda, agar jangan sampai kesalahan yang terjadi pada masa kita terus menurun ke anak cucu.

Saya hanya mencoba mengutarakan pendapat saya mengenai sitem pendidikan, sebab kalau begini terus, sya pikir seratus tahun lagipun indonesia ga akan maju.

Dan, untuk menjadi seorang yang bisa mengatur hal tersebut, kita harus lulus kuliah dulu yang berarti kita harus lulus sma. Ahahaha, brati kita tetep harus menghadapi UAN.

Kalau nantinya UAN masih diadakan, saya sebagai orang yang sama sekali tidak berwenang menentukan apapun, dan menuduh apapun terhadap pemerintahan yang sekarang, maka apa boleh buat, kalau ga UAN nanti ga lulus, ehehehe. Jadi gapapa kita menghadapi UAN sekarang, yang penting di hari kemudian sistem pendidikan yang ada harus dirubah dan itu adalah tugas kita.

Intinya, kita lihat ajalah bagaimana nantinya, kalau UAN ada, ya kita hadapi, sebab menolaknya juga ga menyelesaikan masalah. Sabar dah kuncinya, walaupun kalau saya sih kayanya bakal sekedar lulus aja, habisnya saya juga ga tertarik sama bidang eksak. Jadi rasanya makan hati kalau saya belajar mati2an tu pelajaran eksak, eh tapi saya malah jadi orang yang super jauh dari eksak. Ehehehehehe
Lagian, saya masih kelas dua, kalau tahun ini UAN masih ada, masih ada kemungkinan UAN ditiadakan tahun depan, ehehehehe.

Pokonya buat semua kakak2 yang bakal menghadapi UAN, sabar ya, liat aja nanti apa keputusan pemerintah, siapa tahu pemerintah berubah pikiran.
Kalau UAN tetep ada, tetep semangat, dan hadapi UANnya!!
Berdoa aja semoga apa yang diputuskan pemerintah itulah yang terbaik buat kakak2 sekalian..
ehehehe

Maju terus pendidikan Indonesia!!!

0 Komentar: